
Marselinus Haristasianus Saka (Fasilitator ABN)
Pada
4 November 2018, komunitas teater Petrikor Akademi Bela Negara (ABN) Partai
NasDem mementaskan teater semikolosal dengan judul “Sepeda Tua” di lapangan
parade kampus, Pancoran-Jakarta Selatan. Dalam memeriahkan hari ulang tahun
ketujuh Partai NasDem pada 11 November 2018, panitia meminta agar teater ini
dipentaskan kembali di de Tjolomadoe, Kabupaten Karanganyar-Jawa Tengah.
Tulisan ini bertujuan mengenang kembali semangat Petrikor dan opus magnum pertama dari kelompok
tersebut yakni “Sepeda Tua”.
Pertanyaannya,
mengapa imajinasi teater sepeda tua harus diingatkan kembali setelah satu tahun
berlalu? Pementasan teater ini lahir dari proses berpikir yakni critical thinking dan philosophical thinking. Teater Sepeda
Tua lahir dari sebuah kegelisahan persoalan bangsa ini yang sudah lari dari
keteraturan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kritik atas persoalan ini
melalui medium teater (seni) merupakan salah satu cara menanamkan kesadaran bahwa
situasi sosial-politik saat ini telah kehilangan arah. Teater ini juga hadir
karena adanya proses berpikir secara filosofis-deliberatif. Ada keutamaan yang
ditemukan untuk menjawab persoalan terkini bangsa ini. Keutamaan itu lahir atas
dasar dialog antara sutradara dan kru, pelakon. Dan dialog (refleksi) seorang
sutradara dengan realitas hari ini. Keutamaan ini kemudian syarat makna karena
terfragmentasi dalam semua adegan dan memberikan pesan politik yang tegas.
Pertikor:
Kerinduan Aroma Tanah Saat Hujan Turun
Petrikor
diartikan sebagai kerinduan akan aroma tanah saat hujan di tanah yang kering. Manusia
pada dasarnya punya kerinduan akan aroma tanah di awal musim hujan. Kerinduan
ini merupakan warisan leluhur. Hal ini sangat beralasan karena nenek moyang
kita selalu merindukan hujan di awal musim. Hujan yang dirindukan akan membawa
kehidupan bagi nenek moyang yang sangat mengandalkan hujan untuk kelangsungan
hidup. Aroma tanah merupakan tanda bahwa kehidupan baru akan datang.
Petrikor
lahir karena adanya kerinduan sang sutradara, kru dan pelakon akan “situasi
ideal”. Situasi ideal yang akan membawa kehidupan baru dalam kehidupan bangsa
ini. Kerinduan itu tentu diingini atas dasar keresahan bahwa bangsa Indonesia
sedang diporak-porandakan oleh anak bangsanya sendiri atas dasar kepentingan. Situasi
ideal itu pernah ada dalam pikiran para pendiri bangsa ini. Para Founding Fathers berimajinasi bahwa situasi ideal itu keadaan dimana bangsa
Indonesia percaya kepada Tuhan, menjunjung tinggi kemanusiaan (humanisme), persatuan (unity), demokrasi dan keadilan sosial.
Gambaran
keresahan itu harus diekspresikan dan keinginan untuk kembali ke situasi ideal
harus dilantangkan. Seni teater merupakan salah satu cara terbaik untuk
mewujudkan keresahan dan keinginan tersebut. Pertanyaannya, kenapa harus seni?
Belajar dari tradisi modern, seni bisa membawa manusia pada kesadaran, awareness. Seni juga bisa menjadi insinyur
jiwa manusia. Artinya, seni itu sendiri tidak hanya menyasar pikiran seseorang,
tetapi sekaligus perasaan. Dengan seni, kelompok Petrikor ingin menyampaikan
sebuah pesan bahwa kita harus berpikir secara sungguh-sungguh terhadap
persoalan bangsa saat ini dan menanamkan semangat untuk bertindak secara
konkret mengatasi persoalan tersebut. Ketika politik disandingkan dengan seni,
maka kejujuran dan optimisme akan lahir sebagai virtue yang akan selalu
melekat pada diri pelaku politik.
Sepeda
Tua dan Keseimbangan Berdemokrasi
Petrikor
memberi pesan bahwa sepeda tua merupakan gambaran demokrasi Indonesia saat ini.
Kata tua tidak hanya bermakna demokrasi yang selalu terbentur dengan
carut-marut persoalan kepentingan, tetapi juga berkutat pada pencarian bentuk
implementasi yang ideal agar sesuai konteks. Yang diharapkan dari sepeda tua
(demokrasi) yakni adanya keseimbangan. Meminjam apa yang dikatakan Einstein,
“hidup itu seperti bersepeda, kalau kamu ingin menjaga keseimbangan, kamu harus
terus bergerak maju.” Jika demokrasi dianalogikan dengan sepeda, sangat jelas
demokrasi itu sendiri membutuhkan keseimbangan.
Keseimbangan
seperti apa yang diinginkan oleh komunitas Petrikor dalam pementasan Sepeda Tua?
Keseimbangan yang dimaksud oleh mereka yakni keseimbangan antara kaya dan
miskin, majikan dan buruh,
kota dan kampung, barat dan timur, pandai dan bodoh, tasbih dan rosario. Keutaman-keutaman
tersebut merupakan prasyarat yang harus diperjuangkan agar demokrasi bangsa ini
dapat berjalan. Siapakah yang harus menyeimbangkan sepeda (demokrasi) agar
dapat berjalan? Seorang pak tua yang merupakan tokoh utama dalam pementasan
teater merupakan jawabannya. Dalam diri Pak Tua yang mengayuh sepeda dengan
“hati” ada pesan yang ingin disampaikan bahwa yang berhak mengayuh demokrasi
bangsa ini yakni manusia-manusia bijaksana yang bernapaskan humanis. Alasannya,
bangsa ini harus dijalankan oleh orang-orang yang mengutamakan nilai
kemanusian, bukan yang mengedepankan kepentingan pribadi atau kelompok.
Demokrasi
harus diseimbangkan oleh anak bangsa. Peryataan ini bersifat definitif karena
secara hakiki demokrasi yang seimbang harus dijalankan dengan pasti. Demokrasi
merupakan esensi kehidupan bernegara yang hanya mempunyai satu tujuan yakni
kesejahteraan sosial masyarakat. Ketika esensi tersebut tidak mampu
mengantarkan masyarakat pada kesejahteraan sosial, kita harus mengatakan dengan
tegas bahwa demokrasi tidak berjalan. Situasi saat ini, ketika korupsi masih
merajalela menjadi salah satu persoalan serius dan tanda bahwa demokrasi kita
berjalan di tempat, belum bisa bergerak mencapai titik tuju.
Petrikor
dengan karyanya Sepeda Tua sebenarnya
ingin menyuarakan apa yang menjadi keluh-kesah dan kerinduan anak bangsa saat
ini. Menyuarakan keluh kesah dan kerinduan dengan medium seni merupakan
keharusan dan tugas pokok anak-anak ABN Partai NasDem yang telah menimba ilmu
tentang kepartaian dan politik. Ketika teater dipentaskan di Karanganyar-Jawa Tengah,
pada saat momentum ulang tahun Partai NasDem yang ketujuh, kelompok ini ingin
berpesan bahwa Partai NasDem harus menjadi aktor penyeimbang demokrasi. Gagasan
Restorasi merupakan gagasan yang pada dasarnya berkiblat pada situasi ideal
yang dipikirkan oleh para founding
fathers bangsa ini. Kita bisa mencapai situasi ideal jika Partai NasDem
mengayuh sepeda tua (demokrasi) dengan semangat restorasi.