Sri Wulan Minta Pemerintah Segera Perbaiki Klinik Kesehatan Haji Indonesia
JAKARTA
(7 Januari): Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Sri Wulan,
meminta pemerintah segera memperbaiki Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI)
yang dinilai sudah tidak layak digunakan akibat kerap dilanda banjir.
Bahkan,
ia juga menyarankan untuk mempertimbangkan pembangunan fasilitas baru yang
lebih memadai untuk mendukung penyelenggaraan ibadah haji 2025.
“Kita memperhatikan
bahwa KKHI ini sudah enggak layak. Kemarin disampaikan oleh perwakilan Kemenkes
bahwa KKHI bawahnya banjir dan tidak memungkinkan untuk digunakan. Ini akan
menjadi pertimbangan kita semua,” ujar Sri Wulan dalam rapat koordinasi Komisi VIII
DPR dengan Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad di Kompleks Parlemen, Senayan,
Jakarta, Selasa (7/1/2025).
Legislator
Partai NasDem dari Daerah Pemilihan Jawa Tengah III (Kabupaten Pati, Rembang,
Blora, dan Grobogan) itu menambahkan, jemaah haji sering kali mengeluhkan
enggan dirujuk ke fasilitas kesehatan lain karena terkendala bahasa dan budaya.
Maka KKHI diharapkan menjadi fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan jemaah
untuk mendapatkan perawatan medis.
“Kita tahu jemaah kita
sering kali enggan dirujuk ke rumah sakit Arab Saudi karena kendala bahasa dan
budaya. Oleh karena itu, keberadaan fasilitas kesehatan yang layak di
lingkungan jemaah menjadi sangat penting untuk memberikan rasa nyaman,” tambah
Sri Wulan.
Selain
itu, terdapat masalah kekurangan tenaga medis dalam pelayanan jemaah haji
Indonesia di tiga lokasi penting dalam rangkaian haji, yakni Arafah,
Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
Ia
menegaskan pentingnya peningkatan jumlah dan distribusi tenaga medis untuk
memastikan setiap jemaah mendapatkan layanan kesehatan yang memadai.
“Dalam pelaksanaan
ibadah haji yang lalu, kita melihat betapa kompleksnya permasalahan yang
terjadi, terutama terkait pelayanan medis. Banyak jemaah yang membutuhkan
perawatan, namun karena keterbatasan tenaga medis, layanan dilakukan di
jalan-jalan tanpa penanganan yang optimal,” ungkapnya.
Ia
juga menilai koordinasi antara tenaga medis juga menjadi tantangan. Dalam satu
rombongan haji yang terdiri dari beberapa bus, tenaga medis terkadang hanya
ditempatkan di salah satu bus, sehingga menyulitkan akses layanan kesehatan.
“Kalau ada yang sakit
di bus lain, akan sulit untuk mendapatkan penanganan cepat. Penambahan tenaga
medis harus dilakukan agar mereka bisa ditempatkan di setiap bus atau titik
penting,” pungkasnya.
Dalam
rapat tersebut, Sri Wulan juga mengingatkan pentingnya pemerataan layanan oleh
maskapai penerbangan yang memberangkatkan jemaah haji. Ia berharap ada standar
pelayanan yang seragam demi kenyamanan para jemaah.
Komisi
VIII DPR, kata dia, akan terus mendorong pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan bagi jemaah haji demi keberhasilan penyelenggaraan ibadah
haji di masa mendatang. (safa/*)